Kemenangan itu Milik Kita

http://3.bp.blogspot.com

Assalammualaikum wahahmatullah wabarakatuh,
Tak di pungkiri bahwa perjalanan dakwah akan selalu dihalang-halangi oleh orang-orang yang membenci perjuangan ini. Dari menghalang-halangi hingga mencaci maki, kekerasan hingga pembunuhan, kebohongan yang berujung fitnah pun senantiasa dilancarkan. Pada dasarnya hal ini adalah merupakan sunnatullah yang sudah seharusnya berjalan.
Sejak Nabi Muhammad Rosulullah saw mensyiarkan Islam secara terang-terangan, orang-orang kaya dari golongan bangsawan dan para penguasa kafir Quraisy mengobarkan permusuhan, Sebagaimana yang dialami oleh para nabi dan rosul terdahulu, Nabi saw. juga mendapatkan caci-maki, dan intimidasi. Hampir setiap gerak langkah dakwahnya, beliau mendapatkan rintangan, tekanan, dan tantangan, bahkan sampai beberapa kali usaha percobaan pembunuhan. “Dan Kami jadikan bagi setiap nabi itu musuh (berupa) setan-setan (dari) manusia dan jin.” (QS. 6/Al-An`am: 112) [3]
Maka tidak dapat kita hindari lagi bahwa setiap orang-orang yang berjuang di jalan dakwah ini akan menemui hal-hal yang tidak nyaman. Namun yang menjadi masalah adalah bukan hal ini tentunya. Bahwasanya telah menjadi sunatullah bahwa setiap nabi atau orang-orang yang berjuang dalam dakwah ini akan menemui musuh yang sejatinya memang Allah sediakan, bukan untuk semakin melemahkan kita, namun sebaliknya akan memberikan kita kekuatan yang luar biasa.
Analoginya adalah ketika seseorang berada dalam tekanan, maka kekuatan yang harus ia keluarkan pun besar. Sering kita dapati di kehidupan kita ketika tugas kita sangat dekat dengan deadline maka seluruh tenaga kita akan kita keluarkan semua, namun ada orang-orang yang memilih untuk tidak mengerjakannya dan malah memilih untuk kalah dengan deadline yang sudah di depan mata. Kekuatan inilah yang dikenal dengan sebutan “the power of kepepet”, bagaimana seseorang mengerjakan sebuah pekerjaan dengan deadline didepan mata, di tambah dengan pikiran yang tak tentu arah. Namun dalam kenyataannya, banyak dari kita yang bisa memenuhi pekerjaan ini sesuai dengan deadline yang telah di tentukan. Itulah kenyataan bahwa “the power of kepepet” sangat besar peran pentingnya dalam mempengaruhi produktifitas seseorang dalam bekerja.
Yang perlu diingat saat ini adalah bukan mencari-cari kelemahan dari lawan yang tentunya akan semakin kuat dan tetap ada sampai kapan pun. Namun yang perlu diperhatikan disini adalah bagaimana cara kita dalam menyikapinya, yakni dengan memperkuat diri dan menyiapkan penyikapan yang benar untuk menghadapi musuh-musuh yang tiada hentinya menghalangi kita. Fokus terhadap kekuatan-kekuatan yang kita miliki dan kemudian semakin memperkuat kekuatan itu sehingga pada saat dibutuhkan, ia akan keluar dengan sendirinya.
Perlunya meningkatkan amalan-amalan kita agar ruhiyah dari pribadi-pribadi kita meningkat sebagai amunisi kita dalam menghadapi musuh-musuh Islam yang setiap waktunya mengintai perjuangan kita. Ruhiyah yang kuat akan menghasilkan energi yang kuat walaupun secara kasat mata tubuh kita terlihat lelah, namun disebabkan dengan ruhiyah yang kuat maka kekuatan kita terasa banyak dan lelah itu serasa tidak ada artinya karena keimanan yang kuat dari ruhiyah ini menghujam kuat dalam hati kita.
Mujahid dan Muwahhid tanpa tazkiyatun nafs?
• Waktunya akan dihabiskan untuk melawan sifat ‘ujub dan kesombongan dirinya.
• Niat Jihadnya akan selalu terhalangi oleh hubbud dunya.
• Amal jihadnya akan habis oleh sum’ah (senang publisitas) dan hubbudz dzikr (senang disebut-sebut)
• Tauhidnya akan digerogoti oleh riya’.
• Amal shalihnya akan dipindahkan kepada orang lain karena banyaknya ghibah (menggunjing), su’udzon (buruk sangka) dan merendahkan orang lain.
• Dirinya akan dijauhi orang, dakwahnya akan terhalang dan bahkan tertolak karena su’ul adab wal akhlak (buruk akhlak dan adabnya)
• Jiwanya akan kering karena kurangnya Dzikrullah.
• Pertolongan akan jauh karena banyaknya maksiat.
• Tajam lisannya akan menyakiti saudaranya, namimah yang dilakukannya akan memecah belah ukhuwwah.
• Hasad (iri dan dengki) dalam dirinya akan membakar semua amal, bukan saja amalnya tetapi juga amal saudara-saudaranya.
• Dzul wajhain (bermuka dua) akan dimanfaatkan oleh musuh untuk mengorek aib dan rahasia saudaranya.
• Syahwat akan harta, wanita dan kedudukan akan membuatnya gelap mata dan menabrak apa saja yang di depannya.
• Setan akan membantunya dan senantiasa mendorongnya agar selalu di antara barisan mujahidin karena dengannya shoff jihad akan terkoyak-koyak. [1]
Menjaga kebersihan hati disini menjadi penting karena energi kita yang terbatas ini akan habis kiranya ketika hati ini masih menyimpan benih-benih dosa. Waktu kita yang terbatas pun akan sia-sia karena akan memberikan perhatian terhadap benih-benih dosa ini yang masih bersarang di dalam hati.
Kemenangan datang kepada orang-orang yang mempunyai faktor-faktor dalam diri mereka yang melayakkan mereka mendapatkan kemenangan. Oleh karena itu, kekalahan juga akan dialami jika faktor-faktor tersebut hilang atau berubah. Allah swt. berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” [Ar-Ra’du: 11]. [2]
Telah Allah jelaskan pula bahwa kemenangan itu bukan berasal dari kekalahan musuh-musuh kita, namun lebih kepada bagaimana kita dapat memenangkan pertarungan yang terjadi dalam diri kita. Kemenangan itu adalah kita yang menciptakan, tanpa ada intervensi dari musuh kita. Penting disini kita lebih fokus terhadap kekuatan-kekuatan kita serta meminimalisir kelemahan-kelemahan yang kita miliki tanpa harus menghabiskan banyak waktu kita untuk hanya fokus terhadap perbaikan dalam diri-diri pribadi kita yang seharusnya sudah terlebih dahulu kita selesaikan sebelum memperoleh kemenangan dari Allah.
Wallahu’alam
Sumber:
[1] http://www.arrahmah.com/kajian-islam/mujahid-dan-muwahhid-tanpa-tazkiyatun-nafs.html
[2] http://www.dakwatuna.com/2013/09/14/39208/sunnatullah-dalam-pertarungan-antara-al-haq-dan-al-bathil/
[3] http://pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/sejarah/para-musuh-utama-islam-dan-peperangan-suci/744/para-musuh-utama-islam.html

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *